(Panggung bersetting meja belajar yang berantakan yang sangat penuh dengan berbagai macam buku pelajaran. Di bawahnya terdapat berbagai kertas coretan yang sudah tidak digunakan lagi).
Kasih sayang seorang ibu memang tidak ada gantinya. Walaupun ia lelah namun ia tetap berusaha untuk membuat anaknya bahagia. Namun, jika seorang anak telah terluka oleh ibunya. Tidak akan lagi ia kenal akan kasih sayang seorang ibu.
Ridho : (duduk termenung berpangku tangan sambil memegang selembar surat di tangan yang lain seraya membacanya)
Narrator : Ini surat terakhirku untukmu. Aku harap kau mau melakukannya. Maafkan ibumu dan bahagiakan ia dihari ulang tahunnya. Dari seseorang yang kau panggil ayah.
Ridho : (mengeram sambil meremas surat tersebut kemudian melemparnya ke sembarang arah) kenapa semua orang tidak ada yang mengerti masalahku??!! (menendang meja) lebih baik aku pergi. (Ridho exit)
Setelah sampai di sekolah……
Arief : Hay, man!! (sambil menepuk bahu Ridho)
Dika : Bro.. pa kabar??
Ridho : oh.. no problem! I’m fine.
Dika : kalo lo ge senang, gue boleh nyontek peer MTK lo ya?? (merayu)
Ridho : itu emang sudah kerjaan lo kan? (sambil memberi bukunya)
Arief : gue juga ikut dong…
Suasana hening ketika semua siswa sedang mengerjakan peer. Tak ada yang berbicara sampai terdengar bunyi lonceng yang menandakan pelajaran akan segera dimulai.
Dika : anjrit!! Peer gue belum selesai. Belum lagi Bu Desi dating!! Lapangan akan segera merindukan gue lagi.
Tertawa…
Arief : masalah lo!! Racing aja terus…
Ridho : sudah kerjakan saja! (kemudian melamun melihat ke arah jendela)
Dika : dasar!! Gak pernah apa lo pada kasian ama gue??
Arief : never!! (tertawa nyaring dan ber-tos ria dengan ridho)
Desi masuk. Berdiri di depan pintu.
Desi : tertawa apa kalian?
Dika : tidak menertawakan apa-apa kok bu..
Desi : sudah!! Kumpulkan peer kalian! Dan ingat (mengangkat jari telunjuknya setara pandangan matanya) saya tidak mau melihat ada bekas tip-x di buku peer kalian. Dan saya juga tidak mau mendengar alas an apapun. Baik tinggal ataupun lupa. Arief, Bantu saya kumpulkan peer teman-temanmu..
Arief : baik bu.. (berjalan mengambil buku peer masing-masing temannya)
Namun sesampai di meja Dika, mereka justru mengobrol.
Arief : ssst… cerewet ya? (sambil melirik Desi)
Dika : nenek sihir!!
Arief : bukan.. buri-buri zaimon!!
Dika : (memukul kepala weldy dengan buku yang ia kumpulkan) lo kira shincan apa?!
Ridho : dasar bego!!
Desi : hey!! Kenapa lama sekali mengumpul peenya? (melihat kearah Dika yang sedang menulis) dika!! Kamu mengerjakan apa itu? Peer?
Dika : ng…ng…(menggaruk kepala) bukan bu..
Desi : benarkah?? (berjalan ke meja Dika)
Dika : mampus gue! (mengusap dahinya)
Desi : bohong!! Ini peer yang saya berikan kemarin. Hormat bendera!! (mengusir Dika dengan jari telunjuknya)
Dika : (mengeram) nenek sihir!! (berjalan keluar dengan enggan)
Yang lain memandang Dika pergi sambil menahan tawa.
Arief : bye… semangat!! Tunjukkan kalo lo cinta Indonesia dengan selalu hormat bendera. (setengah berteriak lalu tertawa)
Ridho : (tersenyum melihat tingkah temannya)
Tiba-tiba speaker sekolah berbunyi menunjukkan adanya pengumuman yang akan diberikan.
Narrator : diharapkan kehadiran bapak dan ibu majelis guru untuk datang ke aula serba guna pukul 8 nanti.
Ridho : yes!! Gak belajar ne!
Arief : selamat tu anak.
Ridho : iya juga, gue kira dia bakal jadi ikan asin lagi.
Arief tertawa..
Desi : ya, sudah. Karena saya mau rapat, jadi nkerjakan LKS hal 30 ganda seluruhnya. (sambil membereskan buku-bukunya dan pergi)
Dika memasuki ruangan sambil meloncat senang.
Dika : asiiik! Gue gak jadi hormat bendera. Cihuyy…(melompat senang)
Ridho : senang bgt??!!
Dika : kambing!! (menempeleng kepala ridho)
Arief : beruntung lo!!
Ridho : gue mau cabut. Lo pada ngikut gak? (mengambil tasnya)
Dika : eitz… tumben lo yang ngajak kita cabut!! Biasanya gue. Kenapa lo? Aneh banget sih!!
Ridho : akh.. bawel. Ikut apa gak ni??
Arief : gue ikut, tentu.
Dika : gue komandan pasukan harus ikut. Tapi cabut ke mana nih??
Ridho : Ya kerumah lah.. lo kira gue mau nongkrong apa di terminal?! Bukan level gue tu…
Arief : lo mau kemana, ka?
Dika : ke rumah dia aja yok!
Arief : gue ngikut aja.
Semua bersiap-siap untuk pergi kerumah ridho. Kemudian semua exit. Namun…
Desi : loh?? Kemana anak-anak semua?? (melihat ke sekeliling kelas) pasti mereka pada kabur lagi. Awas mereka!!
Desi exit.
Sampai di rumah ridho…
Ridho : jangan ada yang nyentuh barang-barang gue. (menunjuk semua barang yang ada disekitarnya)
Arief : pelit!!
Dika : artinya gue gak boleh nyentuh tipi dong?
Ridho : yup.
Dika : pren,, kalo pelit kuburannya lo ntu bakalan sempit..
Arief : iy tuh.. lo mau apa kuburan lo sempit.
Ridho : mau aja.. kenapa gak mau..
Dika : bego!! Pedit baget lo..
Ridho : biarin!! Gak penting,,
Semua anak asik sendiri dengan kegiatan mereka masing-masing. Arief sedang sibuk membaca buku Naruto. Dika sibuk dengan permainan gitarnya. Dan ridho sibuk dengan gambar-gambarnya. Teman-teman yang lain duduk di lantai dekat dengan meja belajar ridho, sedangkan ridho duduk di atas kursi meja belajarnya.
Dika : dari pada kita pacaran.. lebih baik kita solawatan..(terputus)
Arief : (membaca dengan serius) gila!!! Ckckckck… keren banget ni naruto yang sekarang.
Ridho : (menyobek hasil gambar yang berkali-kali menurutnya jelek, kemudian membuangnya ke lantai dekat dengan posisi duduk dika)
Dika : lo kira gue tong sampah?! Dari tadi buang sampah kea rah gue muluu.. (mengeluh dan melempar sampah apa saja ke arah ridho)
Ridho : akh… cerewet banget sih!!
Arief : kenapa sih pada rebut!! Gue lagi baca nih..
Dika & ridho : cerewet!!
Kemudian mereka pun kembali dengan aktivitasnya masing-masing.
Dika : (melihat ke arah kertas yang sangat menarik di matanya) apa nih?? (bertanya pelan, kemudian mengambil kertas itu) surat?? Cewek mungkin ya?? (masih bertanya pelan, seraya membaca)
Narrator : Ini surat terakhirku untukmu. Aku harap kau mau melakukannya. Maafkan ibumu dan bahagiakan ia dihari ulang tahunnya. Dari seseorang yang kau panggil ayah.
Dika : kenapa dia menyuruh ridho memaafkan seorang ibu? (berpikir) ibu ridho kan sudah meninggal. Apa aku harus memberitahu yang lain soal ini? (berpikir keras) aku harus memberi tahu ini.
Setelah selesai membaca. Tiba-tiba terdengar bunyi bel pintu yang berdering.
Ridho : rif, bukain tu pintu dong..(menunjuk arah pintu)
Arief : kenapa bukan lo aja..
Ridho : malas.
Arief : (membuang napas dan melengos pergi)
Di pintu seorang wanita menunggu. Terlihat olehnya wanita yang menggunakan baju berwarna hijau muda dan pinggangnya dililit oleh sarung yang berwarna gelap.
Arief : oh.. ada apa bu?
Husnia : ada nak ridhonya?
Arief : (menggaruk kepala) oh iya ada.. tunggu sebentar.. (berlalu pergi menghampiri ridho yang sedang menggambar)
Do, ada ibu-ibu tu nyari lo. Kayaknya mau minta sumbangan deh..
Ridho : ambil aja tu duit (menunjuk kotak yang berisi duit) terus kasih dia. Gue lagi malas diganggu ni..
Arief : temui aja.. gak enak tamu didiemin.
Ridho : lo aja!!
Dika : kenapa sih ribut-ribut. Gue mau nyanyi ni.. pujaan hati.. pujaan hati… mengapa.. kau tak membalas cintaku…(terputus)
Ridho : dika, lo aja deh yang temui ibu di luar sana… terus ambil tu duit (menunjuk kotak yang berisi duit) kasih ke dia.
Dika : emangnya lo kenapa?
Ridho : gue lagi pewe.. gih sana. Ambil 2000 aja. Terus suruh pergi.
Dika : ckckck… gak nyangka gue.. (menggeleng kepala) ternyata lo terkenal juga di kalangan pengemis. (tertawa dan pergi menemui ibu tadi)
Di pintu…
Dika : ini bu… (menyerahkan uang 2000 tadi)
Husnia : tidak… (sambil menggoyangkan tangannya ke kiri dan ke kanan) saya tidak butuh ini.. mungkin kamu yang lebih membutuhkannya.
Dika : heh.. (menghina) pengemis sekarang sok kaya. Di kasih duit gak mau, ya udah pergi sana.
Husnia : tolong jaga mulutmu!! Saya bukan pengemis. Saya kesini hanya ingin menemui ridho. Jadi tolong izinkan saya menemuinya.
Dika : sok terhormat lagi!! (menendang kaki husnia) ya sudah tunggu sebentar! (membentak)
Dika masuk menemui ridho
Dika : pengemis. Belahgu amat si! Dia gak mau duit lo. Dia maunya elo.
Ridho : arrrgghh… ribet banget!! (beranjak dari tempat duduk) lo semua gak ada yang bisa apa ngusir tu pengemis?!
Diam… hening… tak ada yang menjawab pertanyaan ridho. Namun, akhirnya, ridho pun pergi menemui ibu tadi. Di pintu…
Ridho : (terkejut dan tiba-tiba semua amarah yang dipendamnya selama ini semakin lama semakin memuncak) ngapain lo kesini? Gak puas lo telantarin gue??
Husnia : maafin ibu nak.. ibu salah.. (sambil menhan air mata seraya memohon maaf)
Ridho : lo mudah banget bilang maaf!! Lo piker diri lo masih pantes dipanggil ibu?! Lo gak pantes lagi! (hendak menendang)
Desi muncul dari belakang…
Desi : ridho!! Jaga kelakuanmu. Ini ibumu. Orang yang membesarkanmu.
Karena mendengar suara teriakan dari luar. Yang lain pun datang.
Arief : kenapa lagi ni?
Dika : (sok sibuk) ada apa? Ada apa?
Ridho : (diam) bukan urusan kalian. Sebaiknya kalian ma.. (terpotong)
Desi : tidak. Mereka tidak boleh masuk. Mereka juga berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Ridho : ini urusan saya. Bukan mereka.
Desi : mereka sahabatmu. Dalam persahabatan tidak ada yang perlu disembunyikan.
Ridho : alaaah.. sahabat.. (meremehkan) setiap orang pasti punya privasi yang tidak boleh diganggu oleh pihak manapun.
Desi : ta.. (terputus oleh teriakan Husnia)
Husnia : STOP!! Ibu tau kamu malu dengan keadaan ibu sekarang kan?? Miskin, jelek, kumuh. Ibu tau ibu salah tapi tolong dengarkan ibu…(mengiba)
Terdiam. Tidak ada yang berbicara.
Desi : (memegang tangan husnia berusaha memberi semangat untuk bersabar)
Husnia : (menepis tangan desi) ibu tau ibu salah. Ibu kesini untuk menyampaikan pesan terakhir dari ibu… tolong…
Ridho : pesan…??!! (mencela) seperti mau mati saja.
Desi : ridho!! Harus berpa kali ibu ajarkan kamu sopan santun, hah??
Ridho : saya tidak perlu bersopan santun dengan orang jahat seperti dia.
Desi : ridho!! (akan menampar, namun segera di tepis Dika)
Dika : ridho, seperti apapun wanita itu, tapi hormati dia.
Ridho : arrrgghh.. bukan urusanmu!! (lalu pergi ke dalam)
Desi : ridho… (berteriak namun diacuhkan)
Husnia : sudahlah… percuma kita disini.
Arief : maafkan teman saya, bu…
Husnia : ya.. sudah saya maafkan.
Arief : maaf bu.. bukannya saya ingin ikut campur dalam masalah ibu. Tapi…(terputus)
Dika : kami akan membantu ibu untuk berbicara dengan ridho.
Husnia : terima kasih bantuan kalian semua.
Dika : ng..ng.. yang tadi tolong dimaafkan ya bu??
Husnia : oh.. iya. Bisa saya maklumi.
Desi : baiklah.. kami pergi. E.. tapi, besok saya ingin berbicara dengan kalian bertiga.
Arief : memangnya ada apa bu?
Dika : iya, ada apa ya bu??
Desi : itu tentang perginya kalian dari sekolah saat jam pelajaran saya.
Dika : (suara pelan) mampus!!
Desi : baiklah sampai besok di sekolah.
Arief : iya bu…
Selepas kepergian desi dan husnia.
Arief : ya udah kita masuk. (memegang bahu temannya)
Di dalam rumah…
Ridho : jangan bertanya!!
Dika : kita gak akan nanya. Ya udah sampai besok. Kita mau pulang. (mengambil tas masing-masing) bye…
Besok paginya di sekolah..
Ridho : (melamun)
Desi : (masuk kelas tanpa bersuara)
Ridho : mau apa bu? Bukan saya saja yang minggat tapi yang lain juga.
Desi : saya tidak ingin membicarakan masalah itu di kelas. Karena bukan tempatnya.
Ridho : jadi, ibu ada perlu apa kemari? (acuh tak acuh)
Desi : saya ingin membicarakan hubunganmu dengan ibumu. Lusa ia ulang tahun kan? (mengambil posisi duduk yang paling dekat dengan ridho)
Ridho : ya (acuh) tapi, tunggu.. kenapa ibu bisa mengenal ibu saya?
Desi : heh, kamu mau menyebut ibu untuk perempuan yang sudah kamu kasari kemarin. Kamu masih mau mneybut ibu ketika dia tidak ada disini. Kamu tidak bisa membohongi dirimu sendiri. Kamu masih menganggapnya ibu kan?
Ridho : itu tidak penting. Yang saya tanyakan dari mana anda tau wanita itu?
Desi : saya kenal ibumu karena saya adik dari ayahmu.
Ridho : apa?! (terkejut)
Desi : ya, kita masih keluarga memang. Ibulah yang menitipkan surat ayahmu ke temanmu weldy. Mungkin kamu masih belum mempercayainya kan?
Ridho : (mengangguk)
Desi : dunia kecil memang. Sampai-sampai kamu tidak menyadari kalau kamu sebenarnya masih punya keluarga selain ayah dan ibumu.
Ridho : kalau begitu, mengapa ayah tidak pernah cerita apa-apa?
Desi : itu karena ayahmu tidak ingin kamu membenci saya sama seperti kamu membenci ibumu.
Ridho : (terdiam)
Desi : baiklah, (seraya berdiri) permintaan saya sebagai bibimu dan gurumu. Tolong kali ini maafkan ibumu. Bahagiakan dia untuk pertama kalinya. Dia sudah terlalu tua.
Ridho : saya tidak tahu..
Desi : sudahlah.. ini mungkin terakhir kalinya orang-orang menyuruhmu memaafkan ibumu. Itu semua tergantung dirimu sendiri.
Ridho : terima kasih.
Desi : saya tetap mengharapkan perubahan pikiranmu. Dan saya yakin kamu pasti berubah.
Ridho : baiklah. Kan saya pikirkan kembali.
Desi : (keluar kelas tanpa mengucap apapun)
Setelah kepergian desi. Dika dan arief masuk.
Arief : woy, menung terus!!
Dika : (memberi kode kepada arief dengan jari telunjuknya)
Ridho : gw mau cabut. Terserah lo mau ikut apa enggak.
Dika : kita gak ikut, lo aja.
Arief : (tercengang) gak salah. Malaikat apa yang ngerasuki lo??
Ridho : ya udah kalo gitu. Gue cabut.
Kepergian ridho ternyata membuat sebuah masalah dan penyesalan dalam dirinya yang tiada akhir.
Desi : (panik) ridho mana?? Mana dia??
Dika : ada apa bu??
Desi : (masih panik) dimana ridho??
Arief : di.. di.. dia cabut bu…
Desi : apa??!! Lagi?? Bisa kalian cari dimana dia??
Ridho masuk
Ridho : saya disini.
Desi : ta.. tapi.. (terputus)
Ridho : saya sudah tau. Orang tua saya meninggal kan? Saya sudah tau kalau ia telah meninggal. Saya menyesal… saya menyesal (sambil menangis) saya menyesal tidak bisa membahagiakan dia… saya menyesal..
Dika : tunggu.. ini hanya gurauan kan bu??
Desi : tidak!! Ini nyata.
Arief : innalillah…
Dika : ini tidak mungkin…
Ridho : kenapa saya menjadi anak yang durhaka. Anak yang tidak mau memaafkan kesalahan orang tuanya. Anak yang tidak mau memberi kesempatan ibunya untuk berbicara saat ia tidak akan ada lagi di samping saya… maafkan saya bu.. saya menyesal…
Desi : sudahlah.. ini telah terlanjur… doakan saja semoga ibumu akan mendapat ampunan dari yang maha kuasa.
Semua mengucapkan amiin……
Dika : lo gak perlu kesepian..(merangkul bahu ridho)
Arief : iya.. lo gak perlu kesepian.. masih ada kita berdua disini..
Dika : kita disini karena lo membutuhkan kita dan karena lo sahabat kita.
Arief : karena sahabat akan selalu ada disaat kita susah maupun sedih..
Setelah kepergian ibunya. Ridho pun berubah. Ia tidak pernah lagi menjadi anak yang suka bolos sekolah, namun tidak hanya dia. Teman-temannya pun ikut berubah. Sedangkan persahabatan mereka pun menjadi semakin erat.