background

Saturday, January 4, 2014

Bahasa yang Nalar

A.    Pengertian Nalar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nalar diartikan sebagai berikut:[1]
1)      Selalu
2)      Pertimbangan (baik atau buruk)
3)      aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir; kekuatan pikir.
Sedangkan menurut pemahaman kami, yang dimaksud dengan nalar adalah suatu aktivitas, atau perkataan yang membuat seseorang dapat berpikir logis, yang dapat diterima oleh akal sehat/ logika.
Namun, antara nalar dan logika itu berbeda. Logika lebih kompleks daripada nalar, karena logika dibuat dengan penjelasan ilmiah yang dinyatakan dalam bahasa. Sedangkan nalar merupakan prose berpikir yang bertolak dari pengamatan indera atau biasa juga disebut dengan insting.[2]
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Konsep dan pengertian tersebut akan berkembang menjadi sebuah premis[3] yang dianggap benar, kemudian disimpulkan menjadi  sebuah proposisi yang baru. Proses ini disebut dengan menalar.[4]
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
B.     Bahasa yang Nalar
Dalam penulisan sebuah berita, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang menarik. Namun, selain bahasa yang menarik ciri lain dari penulisan berita adalah bahasa yang nalar. Maksudnya, bahasa yang digunakan dapat diterima akal sehata maupun logika. Hal ini dimaksudkan agar sebuah berita dapat dipahami pembaca ketika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang menggunakan nalar.
Penalaran tak mungkin tanpa menggunakan bahasa, sebaliknya bahasa muncul (digunakan) dalam bentuk-bentuk yang sangat logis atau sesuai dengan nalar. Oleh karena itu, sangatlah penting segi penalaran ditanamkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra.[5]
Bahasa yang nalar dapat ditemukan melalui 3 cara yaitu:[6]
1)      Tanda/simbol yang menjadi kebiasaan umum
Maksudnya disini adalah tanda/simbol tersebut sudah menjadi kebiasaan umum. Contohnya janur kuning yang ada dipersimpangan jalan. Janur kuning dapat dinalarkan sebagai tanda bagi masyarakat umum bahwa didaerah tersebut sedang diadakan pesta pernikahan.[7]
2)      Tanda/simbol yang telah menjadi hukum alam.
Maksudnya adalah tanda-tanda yang ditunjukkan oleh alam dapat dinalarkan. Contohnya jeritan seseorang ketika tersandung sesuatu yang besar dapat dinalarkan bahwa pada saat itu dia merasa kesakitan.[8]
3)      Tanda/simbol melalui akal.
Kita dapat mengetahui kesimpulan suatu berita melalui hasil pemikiran kita dari akal. Contohnya adalah saat kita mau meminjam handphone seseorang, namun orang tersebut bilang dia tidak membawa handhonenya. Sesaat kemudian, handphone orang tersebut berbunyi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang tersebut sebenarnya membawa handphonenya.

Contoh dari bahasa yang nalar lainnya adalah:
Jumlah mahasiswa IAIN STS Jambi pada jurusan Ilmu Jurnalistik IV A  antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.

Kalimat diatas dapat nalarkan menjadi “jumlah mahasiswa laki-laki pada jurusan Ilmu Jurnalistik itu lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.”
Contoh lainnya sebagai berikut:
Berdasarkan hasil survei, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan.
Kata tidak sedikit dapat dinalarkan menjadi banyak. Kutipan kalimat diatas juga dapat dinalarkan menjadi “banyak masyarakat Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan.”
Menurut pemahaman pemakalah, kata kiasan[9] dapat menjadi contoh dari bahasa yang nalar. Hal ini dikarenakan sudah banyak para jurnalis yang menggunakan kata kiasan dalam penulisan beritanya agar menjadi lebih menarik. Contohnya adalah:
Kasus tidak pidana korupsi yang melibatkan para tikus berdasi semakin hari semakin banyak yang dipublikasikan.
Kutipan kalimat diatas, pada kata “tikus berdasi” sudah menjadi kebiasaan umum ketika menyebutkan para pejabat di pemerintahan yang melakukan korupsi. Masyarakat umum telah biasa menalarkan kata tersebut sebagai para koruptor.
Atau bahasa yang sering digunakan pada dongeng,
“Puteri Raja  itu wajahnya cantik bagaikan bidadari.”
Maksudnya adalah anak kecil tersebut memiliki wajah yang cantik yang sangat sempurna. Walaupun tidak bisa kita nalarkan bagaimana rupa dari wajah seorang bidadari, tetapi kita dapat mengetahuinya dari akal. Seperti yang disebutkan pemakalah diatas.
Seorang jurnalis memiliki tugas untuk mencerdaskan para pembacanya bukan untuk membodohi. Jadi, seorang jurnalis seharusnya menyajikan berita yang dapat dipahami oleh pembaca. Selain mudah dipahami sebuah berita juga harus menarik. Salah satunya yaitu dengan menggunakan bahasa yang nalar.



[1] Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), W.J.S Poerwadarminta (Jakarta: BalaiPustaka, 1986) hal…670
[2].Lihat, Anatomi Sastra. Atar Semi, M (Bandung: Angkasa Raya, 1993) hal…73
[3] Premis adalah kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dalam logika. Asumsi. Lihat, http://www.artikata.com/arti-345952-premis.html
[4] Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
[5] Lihat, Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Andre Hardjana (Jakarta: Gramedia, 1985) hal.. 85
[6] Lihat, Ilmu Logika. Prof. M. Taib Thahir Abdul Mu’in (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1981) hal..29-31 
[7] Ibid, hal… 29
[8] Ibid, hal… 30
[9] Kata kiasan (kias) adalah perbandingan (persamaan), Ibarat. Lihat,  , Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), W.J.S Poerwadarminta (Jakarta: BalaiPustaka, 1986) hal… 505

No comments:

Post a Comment