A.
Pengertian Nalar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), nalar diartikan sebagai berikut:[1]
1)
Selalu
2)
Pertimbangan
(baik atau buruk)
3) aktivitas
yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir; kekuatan pikir.
Sedangkan
menurut pemahaman kami, yang dimaksud dengan nalar adalah suatu aktivitas, atau
perkataan yang membuat seseorang dapat berpikir logis, yang dapat diterima oleh
akal sehat/ logika.
Namun, antara
nalar dan logika itu berbeda. Logika lebih kompleks daripada nalar, karena logika
dibuat dengan penjelasan ilmiah yang dinyatakan dalam bahasa. Sedangkan nalar
merupakan prose berpikir yang bertolak dari pengamatan indera atau biasa juga
disebut dengan insting.[2]
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Konsep dan
pengertian tersebut akan berkembang menjadi sebuah premis[3] yang dianggap benar,
kemudian disimpulkan menjadi sebuah
proposisi yang baru. Proses ini disebut dengan menalar.[4]
Salah nalar
dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi
karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari
kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
B.
Bahasa yang Nalar
Dalam penulisan sebuah berita, bahasa yang digunakan
haruslah bahasa yang menarik. Namun, selain bahasa yang menarik ciri lain dari
penulisan berita adalah bahasa yang nalar. Maksudnya, bahasa yang digunakan
dapat diterima akal sehata maupun logika. Hal ini dimaksudkan agar sebuah
berita dapat dipahami pembaca ketika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
menggunakan nalar.
Penalaran tak mungkin tanpa menggunakan bahasa,
sebaliknya bahasa muncul (digunakan) dalam bentuk-bentuk yang sangat logis atau
sesuai dengan nalar. Oleh karena itu, sangatlah penting segi penalaran
ditanamkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra.[5]
Bahasa yang nalar dapat ditemukan melalui 3 cara yaitu:[6]
1)
Tanda/simbol
yang menjadi kebiasaan umum
Maksudnya disini
adalah tanda/simbol tersebut sudah menjadi kebiasaan umum. Contohnya janur
kuning yang ada dipersimpangan jalan. Janur kuning dapat dinalarkan sebagai
tanda bagi masyarakat umum bahwa didaerah tersebut sedang diadakan pesta
pernikahan.[7]
2)
Tanda/simbol
yang telah menjadi hukum alam.
Maksudnya adalah
tanda-tanda yang ditunjukkan oleh alam dapat dinalarkan. Contohnya jeritan
seseorang ketika tersandung sesuatu yang besar dapat dinalarkan bahwa pada saat
itu dia merasa kesakitan.[8]
3)
Tanda/simbol
melalui akal.
Kita dapat
mengetahui kesimpulan suatu berita melalui hasil pemikiran kita dari akal. Contohnya
adalah saat kita mau meminjam handphone seseorang, namun orang tersebut bilang
dia tidak membawa handhonenya. Sesaat kemudian, handphone orang tersebut
berbunyi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang tersebut sebenarnya membawa
handphonenya.
Contoh dari bahasa yang nalar lainnya adalah:
Jumlah mahasiswa IAIN STS Jambi pada jurusan Ilmu Jurnalistik IV
A antara laki-laki dan perempuan adalah
2:1.
Kalimat diatas dapat
nalarkan menjadi “jumlah mahasiswa laki-laki pada jurusan Ilmu Jurnalistik itu
lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.”
Contoh lainnya sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil
survei, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang berada dibawah
garis kemiskinan.
Kata tidak sedikit dapat dinalarkan menjadi banyak. Kutipan kalimat diatas juga
dapat dinalarkan menjadi “banyak masyarakat Indonesia yang berada dibawah garis
kemiskinan.”
Menurut pemahaman
pemakalah, kata kiasan[9]
dapat menjadi contoh dari bahasa yang nalar. Hal ini dikarenakan sudah banyak
para jurnalis yang menggunakan kata kiasan dalam penulisan beritanya agar
menjadi lebih menarik. Contohnya adalah:
Kasus
tidak pidana korupsi yang melibatkan para tikus berdasi
semakin hari semakin banyak yang dipublikasikan.
Kutipan kalimat diatas,
pada kata “tikus berdasi” sudah
menjadi kebiasaan umum ketika menyebutkan para pejabat di pemerintahan yang
melakukan korupsi. Masyarakat umum telah biasa menalarkan kata tersebut sebagai
para koruptor.
Atau bahasa yang sering
digunakan pada dongeng,
“Puteri Raja itu wajahnya cantik bagaikan bidadari.”
Maksudnya adalah anak
kecil tersebut memiliki wajah yang cantik yang sangat sempurna. Walaupun tidak
bisa kita nalarkan bagaimana rupa dari wajah seorang bidadari, tetapi kita
dapat mengetahuinya dari akal. Seperti yang disebutkan pemakalah diatas.
Seorang jurnalis
memiliki tugas untuk mencerdaskan para pembacanya bukan untuk membodohi. Jadi,
seorang jurnalis seharusnya menyajikan berita yang dapat dipahami oleh pembaca.
Selain mudah dipahami sebuah berita juga harus menarik. Salah satunya yaitu
dengan menggunakan bahasa yang nalar.
[1]
Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), W.J.S Poerwadarminta (Jakarta: BalaiPustaka, 1986) hal…670
[2].Lihat,
Anatomi Sastra. Atar Semi, M (Bandung: Angkasa Raya, 1993) hal…73
[3]
Premis adalah kalimat atau proposisi yg dijadikan dasar penarikan kesimpulan di
dalam logika. Asumsi. Lihat, http://www.artikata.com/arti-345952-premis.html
[4]
Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
[5]
Lihat, Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Andre Hardjana (Jakarta:
Gramedia, 1985) hal.. 85
[6]
Lihat, Ilmu Logika. Prof. M. Taib
Thahir Abdul Mu’in (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1981) hal..29-31
[7]
Ibid, hal… 29
[8]
Ibid, hal… 30
[9]
Kata kiasan (kias) adalah perbandingan (persamaan), Ibarat. Lihat, , Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), W.J.S Poerwadarminta (Jakarta: BalaiPustaka,
1986) hal… 505
No comments:
Post a Comment