Sifat manusia untuk menyampaikan
keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal
keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang
isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap
lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.
Kapan manusia mulai mampu
berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data autentik yang dapat
menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk
berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang
berlangsung secara mendadak. Everett M. Rogers menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia
berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikirannya secara tertulis.[1]
Kecakapan manusia berkomunikasi
secara lisan menurut perkiraan berlangsung sekitar 50 juta tahun yang lalu,
kemudian memasuki generasi kedua di
mana manusia mulai memiliki kecakapan berkomunikasi melalui tulisan.[2]
Pada 1200 tahun yang lalu, penduduk Asia Tenggara berani mengarungi samudera
dengan hanya menggunakan perahu. Kelompok pelaut ini adalah pelayar yang tidak
berbekal kompas atau alat navigasi lainnya. Mereka tidak tahu menulis tetapi
mampu membaca lambang-lambang isyarat melaui gejala alam, seperti posisi
bintang dan gerakan air laut.
Sedangkan bukti kecakapan manusia
berkomunikasi melalui tulisan adalah dengan ditemukannya tanah liat yang
bertulis di Sumeria dan Mesopotamia sekitar 4000 SM. Kemudian berlanjut dengan
ditemukannya berbagai tulisan di kulit binatang dan batu arca. Lalu secara
berturut-turut dapat disebutkan pemakaian huruf kuno di Mesir (3000 tahun SM),
alpabet Phunesia (1800 tahun SM), huruf Yunani Kuno (1000 tahun SM) huruf Latin
( 600 tahun SM), pencetakan buku pertama di Cina (tahun 600 M) dan di Eropa
(tahun 1200 M).[3]
Kecakapan manusia berkomunikasi
dengan tulisan sampai ditemukannya teknik cetak mencetak pada tahun 1450 oleh
Guttenberg dan John Coster di Jerman kira-kira berlangsung 5000 tahun. Penemuan
teknik cetak mencetak dianggap sebagai awal revolusi komunikasi.[4]
Sebab dengan keterampilan cetak mencetak ini, terbukalah kesempatan baru bagi
manusia untuk berkomunikasi dengan jumlah orang yang lebih banyak. Secara
berturut-turut dapat dicatat surat kabar pertama yang terbit secara berkala
muncul di Italia pada Tahun 1562, disusul penerbitan majalah pertama di Jerman
(1594) dan pendirian mesin cetak surat kabar di Amerika Utara (1639).[5]
Kecakapan manusia berkomunikasi
dengan alat cetak mencetak berlangsung kira-kira 500 tahun, kemudian manusia
terampil berkomunikasi melalui getaran-getaran elektronik. Keterampilan ini
secara berturut-turut dimulai dengan penemuan fotografi di atas besi plat
(1827), telegraf oleh Samuel Morse (1844), telegraf cetak oleh David Hughes
(1955), Cable Trans-Atlantik (1866), telepon oleh Alexander Graham Bell (1876),
radio telegraf oleh Guglielmo Marconi (1895), kamera film oleh Auguste dan Lois
Lumiere (1895) serta keberhasilan Amerika mendemostrasikan pesawat TV hitam
putih dalam tahun 1927.[6]
Lima puluh tahun sesudah Amerika
berhasil mendemonstrasikan pesawat TV, kecakapan manusia berkomunikasi memasuki
generasi keempat melaui teknologi komunikasi yang lebih canggih. Dalam kurun
waktu yang relatif singkat berbagai macam teknologi komunikasi berhasil
ditemukan. Secara berturut-turut dapat dicatat komputer pertama ditemukan di
Amerika Serikat dalam tahun 1942, menyusul mesin fotokopi Xerox oleh Chester
Carson (1946), transistor oleh Laboratorium Elektronik Bell (1947) dan TV
berwarna dalam tahun 1951.[7]
Enam tahun kemudian Rusia berhasil
meluncurkan satelit Sputnik ke angkasa luar (1957), disusul Amerika Serikat
dengan berhasil meluncurkan satelit Telstar (1962). Penemuan video recorder
(1968), fiber optic signal (1975), TV computer game (1976), faksimil dan cetak
jarak jauh (1980), teleconference, telefoto, video telepon, video-magazine,
computer modem (1985) dan terakhir telpon selular dan jaringan internet (1990).[8]
Komunikasi telah memperpendek
jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha
menjembatani antara pikiran, perasaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia
luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan
keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang
lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi makin luas.
[1] Baca,
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar
Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal. 4
[2] Ibid,
hal 5
[3] Baca,
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar
Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal. 5
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Baca,
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar
Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal. 6
[7]
Ibid
[8]
Ibid, hal 7